Dibba Hisn dan Dabba
Perjalanan selanjutnya kami merambah kota Dibba yang sebagian kotanya milik UAE, sering disebut sebagai Dibba Hisn dan yang sebagian lainnya milik Oman yang sering disebut sebagai kota Dabba.
Kota kecil yang sepi ajah walau di hari kerja, tapi kotanya ramah banget, katanya malah rame kalau wiken ajah, karena orang Dubai banyak punya rumah disini....
Dikota Dibba ini banyakan kuburannya timbang manusianya yang bersliweran kayaknya...
Kami setiap kali jalan2 selalu saja ketemu kuburan , gak ditengah kota gak dipinggir kota, sampai2 dibelakang hotel kami juga kuburan kuno.
Kuburan mereka tuh dari yang modern hingga yang kuno semua ada, karena kota Dibba ini adalah kota kuno.
Sebagian kuburan sebelah hotel kami adalah kuburan para syuhada, perang Riddah jaman khalifah Abu Bakar As Siddiq yang dalam pertempuran itu lebih dari 3000 lasykar meninggal...
Sebagian para syuhada lainnya kuburnya terletak disisi mesjid al Bidiyah diluar kota Dibba, lebih dekat ke kota Khorfakan.
*bisa dibaca pada buku Islam Konsepsi dan Sejarahnya halaman 164 dan 165*
Jadi guyonnya adalah kalau datang ke Dibba/Dabba sebaiknya jangan malam hari kalau hunting tempat kemping, bisa2 kita nemu tanah lapang luas dikira lahan kemping, tau2 besok paginya ternyata tanah kuburan kuno....
Karena kuburan kuno jarang yang berpagar, juga nisannya banyak yang sudah hancur.
Ada juga seh kuburan kuno dengan pagar tapi jarang.
Old settlement juga bisa ditemukan, reruntuhan rumah kuno, dengan khas banget bentuknya yang bahannya semua mirip dari batuan yang ditumpuk dan diberi "lem" seadanya, yang penting bisa ditumpuk. Atapnya bahannya kayu dan daun pohon kurma yang pastinya sudah lama rusak, tapi dinding dan bahkan dibeberapa tempat bekas pintunya masih terlihat.
Yang sayangnya gak dirawat oleh pemerintah setempat, padahal banyak banget reruntuhan old settlement ini yang sudah memprihatinkan kondisinya.
Padahal unik banget peninggalan ini, gak kita temukan dimana mana.Sayang banget kalau gak dirawat.
Settlement pertama menurut buku adalah 3000 tahun lalu sudah mulai ada di Dibba dan sekitarnya, karena itu banyak kuburan kuno dan peninggalan kuno meskipun peninggalan tsb rasanya gak sampai setua itu.
Tempat kemping bisa kita temukan di Dibba, yang paling populer di sebelah Golden Tulip Dibba, terletak dipantai yang menjorok kedalam dengan bukit2 kecil dan banyak puing2 old settelment yang biasa digunakan untuk dinding para campers.
Sayang sekali, lagi2 pemerintah gak begitu merawat tempat ini, hingga problem sampah bener2 jadi masalah,
Gak ada tong sampah dan juga pekerja pemungut sampah hingga sampah bertaburan kemana mana.
Mudah2an dimasa datang pemerintah lebih memperhatikan kebersihan daerah ini yang sangat terkenal di kalangan para campers mancanegara.
Dari Dibbba juga kita bisa offroad melalui wadi Khamis dan wadi Bieh nembus ke RAK melewati river beds yang sangat indah, melewati summit di antaranya yang juga ada old settlement plus kuburan kuno (lagi2), tempat yang indah sekali.
Kita akan melewati pemeriksaan paspor di cek point Oman, yang terletak dipertigaan, salah satu jalannya menuju RAK, yang lain menuju ke arah Khasab Musandam.
Nah yang kearah Khasab inilah yang kita gak bisa melewati karena alasan mereka gak punya fasilitas imigrasi, dan kayaknya ada instalasi militer makanya kita gak boleh mondar mandir masuk cek point tsb.
Yang boleh kita masuk ke cek point UAE, ke arah RAK (ras al khaimah), dan paspor kita juga hanya dicatat gak dicap apa2.
Lama perjalanan dari Dibba menuju RAK kira2 4 jam karena jalanan di river bed gak bisa cepet2...
River beds sebelum summit agak sempit dan agak sedikit2 kita dibawa jalan kearah menanjak, kemudian tanpa terasa kita dibawa lebih nanjak lagi kearah summit lalu kita dibawa keketinggian hampir 2000 meter. tapi karena jalanannya lebar dan agak landai jadi gak gitu kerasa kalau kita nanjak.
Tapi jangan salah ketika kita menuruni summit itu , baru terasa terjal juga, dalam 4 km kita turun setinggi 700 meter....
kemudian menurun terus hingga cek point Oman.
Setelah cek point Oman kita lewati, kita masuk wadi Bieh, disanalah river bedsnya lebar banget, enak ajah kita jalan santai dan cenderung rata, bahkan agak sedikit menurun lagi.
Hingga tiba di cek point UAE , jalanan kemudian jadi aspal...
Terasa banget bedanya, setelah selama itu kita jalan dijalanan gravel lalu masuk aspal, telinga terutama jadi sepi....
Tapi perjalanan worthed banget buat di lakukan. Selain alamnya bagus, juga gak pernah kebayang jaman dulu tuh sebelum ada jalan raya orang dari Dibba ke RAK nembus jalanan yang kita lewati tadi, bahkan hingga sekarang jalanan tsb tetap dipakai baik yang untuk penggemar offroad juga buat masyarakat yang tinggal didesa2 sekitar wadi Kamis dan wadi Bieh.
Karena itu kondisi jalanannya meskipun gravel juga tetap terawat baik.
Selama kami melewati jalanan ini kami banyak sekali berpapasan dengan mobil masyarakat sekitar juga para offroader lainnya.
Hanya kalau musim hujan kudu hati lewat sini, bisa gak2 bahaya hanyut, karena air yang turun hampir gak ada yang nyerap ketanah, maklum kan batuan semua, jadi langsung berubah jadi sungai dengan arus yang deras.
Tapi untungnya disini kan jarang hujan jadi ya alertnya hanya kalau akan hujan.
Kondisi jalan tadi sangat jauh berbeda dengan kondisi jalanan ke wadi wurayah.
Lebih berbatuan dan lebih sepi, hampir tak ada orang lewat....
Karena itu kami gak brani terus, takut juga kalau ada apa2 soale, gak ada orang samsek dan jangan harap signal HP kita nyala. Maklum kita jalan didasar sungai kering.Tapi emang kalau berjiwa adventure offroad ke tempat ini sangat menantang.
Kota Dibba cukup menyediakan segala keperluan kita buat kemping, ada 1 COOP/supermarket yang dikelola oleh pemerintah setempat yang cukup komplit juga dan satu lagi supermarket yang rasanya dimiliki oleh India tapi isinya juga lumayan lengkap sekali, juga resto cukup banyak yang tetap didominasi dengan makanan Arab.
Yang juga menarik bagi turis adalah pasar tradisional mereka yang terletak ditepi pantai.
Pantai di Dabba dan Dibba landai sekali, dan pasirnya putih tanpa banyak batuan atau karang.
Kalau surut akan jauh sekali dan pasang juga akan tinggi sekali, gak seperti di Khasab antara pasang surut hanya berbeda beberapa meter saja, karena pantai yang landainya gak luas.
Kota ini rasanya masih dalam taraf pembangunan, masih belum terlalu siap buat turis seperti Khor Fakkan, atau Fujairah karena itu hotel masih belum pasang harga setinggi kedua tempat tadi.
Tapi buat kami justru ini dia yang enak buat didatangi, selain gak nguras kantong juga gak terlalu hiruk pikuk orang yang bersliweran. *maklum demen ketenangan*
Pokoknya indah banget kota kecil Dibba dan pengen balik lagi rasanya.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home